Buku Pertama Kami Dalam The Journey of Responactioner...
Tahun 1993, Prof. Andrew Leichester memperkenalkan Author dengan buku ini sebagai salah satu buku referensi dalam mata kuliah yang dipegang beliau di salah satu universitas terkemuka di Australia. Sekembalinya Author ke Indonesia, buku tersebut mulai muncul di toko buku terkemuka namun masih dalam versi bahasa Inggris. Tak lama kemudian ada salah satu perusahaan yang memegang hak paten terhadap merk dagang buku ini termasuk seminarnya. Authorpun sempat mengikuti seminar First Think First yang dilakukan di salah satu hotel terkemuka di Jakarta.
Buku ini membahas bagaimana Time Management mengalami revolusi yang fenomenal sekali sehingga hampir semua divisi HRD perusahaan multi nasional menjadikan buku ini sebagai referensi utama dalam beberapa program training karyawannya. Buku ini juga mempersiapkan pengelolaan waktu dengan software dengan nama Schedule+. Belakangan software ini hilang dari pasar, lalu muncullah Microsoft Outlook. Sepertinya schedule+ ini dibeli oleh Bill Gate, who knows...
Mungkin anda bertanya, kenapa buku jadul ini Author refresh lagi. Sepengetahuan Author buku ini sangat fenomenal berhasil merubah paradigma para pelaku management dan penggiat self improvement di tahun 90-an. Dan hampir semua buku-buku self improvement menukil konsep-konsep dari buku ini. Bagi Author, ini cuma sekedar reuni terhadap pegiat platform self improvement yang pernah Author pelajari dengan serius...
Believe it or not, mendiang Stephen bukanlah seorang muslim, bahkan beliau penganut salah satu sekte Jews ortodoks di USA. Namun demikian, kepiauannya menata bukunya ini dengan konteks kekinian membuat Author lebih termotivasi untuk menjadi manusia yang bisa meneladani Rasulullah SAW sekuat tenaga.
Sudah banyak para blogger yang melakukan ringkasan tentang buku ini, jadi Author tidak perlu bikin lagi he he he... Author ambil dua ringkasan yang insyaAlloh bisa menjadi gambaran buat anda tentang buku ini.
Mungkin anda bertanya, kenapa buku jadul ini Author refresh lagi. Sepengetahuan Author buku ini sangat fenomenal berhasil merubah paradigma para pelaku management dan penggiat self improvement di tahun 90-an. Dan hampir semua buku-buku self improvement menukil konsep-konsep dari buku ini. Bagi Author, ini cuma sekedar reuni terhadap pegiat platform self improvement yang pernah Author pelajari dengan serius...
Believe it or not, mendiang Stephen bukanlah seorang muslim, bahkan beliau penganut salah satu sekte Jews ortodoks di USA. Namun demikian, kepiauannya menata bukunya ini dengan konteks kekinian membuat Author lebih termotivasi untuk menjadi manusia yang bisa meneladani Rasulullah SAW sekuat tenaga.
Sudah banyak para blogger yang melakukan ringkasan tentang buku ini, jadi Author tidak perlu bikin lagi he he he... Author ambil dua ringkasan yang insyaAlloh bisa menjadi gambaran buat anda tentang buku ini.
Sebenarnya sudah terbit 2 buku beliau 8 habit dan The 3rd... tapi sepertinya hidup kok jadi lebih rumit dengan 8 habit dan the 3rd... sementara Author sukanya yang simpel-simpel saja...
Perjalanan manusia menuju habit yang profesional dimulai dari bawah. KETERGANTUNGAN adalah habit orang yang baru mau belajar hidup profesional. Orang yang belum profesional hidupnya selalu tergantung dengan orang lain dalam hal apapun.
Untuk naik ke tingkat KEMANDIRIIAN, manusia harus mencapai Kemenangan Pibadi dengan mematangkan diri pada habit 1, 2 dan 3. Jika 3 habits ini sudah matang maka manusia tersebut sudah terlepas dari Ketergantungan. Apakah menjadi manusia Mandiri itu sudah cukup untuk menjadi professional ?.
Jawabnya tidak ! Karena pada prinsipnya manusia hidup dalam KESALINGTERGANTUNGAN. Inilah yang membuat bisnis berputar, semuanya tentang pentingnya berinteraksi dari satu bisnis dengan bisnis yang lain. Bagaimana mungkin Project Manager (PM) bisa sempurna kerjanya jika team Purchasing kurang sempurna ? Bagaimana mungkin Tim Purchasing bisa bekerja sempurna jika permintaan PM tidak jelas ?
Manusia tidak akan pernah bisa mencapai profesionalisme cuma karena Kemandirian. Untuk mencapai tingkat Kesalingtergantngan, manusia harus mencapai Kemenangan Publik dengan mematangkan habit 4, 5 dan 6.
Keenam habit tersebut diatas akan bisa langgeng kalo diasah setiap hari. Layaknya sebuah gergaji. Jika tidak pernah diasah, maka akan dimakan karat dan semakin lama semakin tumpul.
Untuk naik ke tingkat KEMANDIRIIAN, manusia harus mencapai Kemenangan Pibadi dengan mematangkan diri pada habit 1, 2 dan 3. Jika 3 habits ini sudah matang maka manusia tersebut sudah terlepas dari Ketergantungan. Apakah menjadi manusia Mandiri itu sudah cukup untuk menjadi professional ?.
Jawabnya tidak ! Karena pada prinsipnya manusia hidup dalam KESALINGTERGANTUNGAN. Inilah yang membuat bisnis berputar, semuanya tentang pentingnya berinteraksi dari satu bisnis dengan bisnis yang lain. Bagaimana mungkin Project Manager (PM) bisa sempurna kerjanya jika team Purchasing kurang sempurna ? Bagaimana mungkin Tim Purchasing bisa bekerja sempurna jika permintaan PM tidak jelas ?
Manusia tidak akan pernah bisa mencapai profesionalisme cuma karena Kemandirian. Untuk mencapai tingkat Kesalingtergantngan, manusia harus mencapai Kemenangan Publik dengan mematangkan habit 4, 5 dan 6.
Keenam habit tersebut diatas akan bisa langgeng kalo diasah setiap hari. Layaknya sebuah gergaji. Jika tidak pernah diasah, maka akan dimakan karat dan semakin lama semakin tumpul.
Kebiasaan 1 : Jadilah Proaktif
Bersikap proaktif adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain. Mereka lakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan keempat karunia manusia yang unik – kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas – dan dengan menggunakan Pendekatan Dari Dalam Ke Luar untuk menciptakan perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, yang adalah keputusan paling mendasar yang bisa diambil setiap orang.
Kebiasaan 2 : Merujuk pada Tujuan Akhir
Segalanya diciptakan dua kali – pertama secara mental, kedua secara fisik. Individu, keluarga, tim, dan organisasi, membentuk masa depannya masing-masing dengan terlebih dulu menciptakan visi serta tujuan setiap proyek secara mental. Mereka bukan menjalani kehidupannya hari demi hari tanpa tujuan-tujuan yang jelas dalam benak mereka. Secara mental mereka identifikasikan prinsip-prinsip, nilai-nilai, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan yang paling penting bagi mereka sendiri dan membuat komitmen terhadap diri sendiri untuk melaksanakannya. Suatu pernyataan misi adalah bentuk tertinggi dari penciptaan secara mental, yang dapat disusun oleh seorang individu, keluarga, atau organisasi. Pernyataaan misi ini adalah keputusan utama, karena melandasi keputusan-keputusan lainnya. Menciptakan budaya kesamaan misi, visi, dan nilai-nilai, adalah inti dari kepemimpinan.
Kebiasaan 3 : Dahulukan yang Utama
Mendahulukan yang utama adalah penciptaan kedua secara fisik. Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan secara mental (tujuan Anda, visi Anda, nilai-nilai Anda, dan prioritas-prioritas Anda). Hal-hal sekunder tidak didahulukan. Hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Individu dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada apa yang paling penting, entah mendesak entah tidak. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama.
Kebiasaan 4 : Berpikir Menang/Menang
Berpikir menang/menang adalah cara berpikir yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. Berpikir menang/menang adalah didasarkan pada kelimpahan – “kue” yang selamanya cukup, peluang, kekayaan, dan sumber-sumber daya yang berlimpah – ketimbang pada kelangkaan serta persaingan. Berpikir menang/menang artinya tidak berpikir egois (menang/kalah) atau berpikir seperti martir (kalah/menang). Dalam kehidupan bekerja maupun keluarga, para anggotanya berpikir secara saling tergantung – dengan istilah “kita”, bukannya “aku”. Berpikir menang/menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing-masing
individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan. Berpikir
menang/menang artinya berbagi informasi, kekuasaan, pengakuan, dan imbalan.
Kebiasaan 5 : Berusaha untuk Memahami Terlebih dulu, Baru Dipahami
Kalau kita mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, ketimbang untuk menanggapinya, kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan; berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.
Kebiasaan 6 : Wujudkan Sinergi
Sinergi adalah soal menghasilkan alternatif ketiga – bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing. Memanfaatkan perbedaanperbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang. Tim-tim serta keluarga-keluarga yang sinergis memanfaatkan kekuatan masing-masing individu sehingga secara keseluruhannya lebih besar seperti ini mengenyampingkan sikap saling merugikan (1 + 1 = 1/2). Mereka tidak puas dengan kompromi (1 + 1 = 1 ½), atau sekedar kerjasama (1 + 1 = 2). Melainkan, mereka kejar kerjasama yang kreatif (1 + 1 = 3 atau lebih).
Kebiasaan 7 : Mengasah Gergaji
Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri terus-menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah. Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita utnuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya. Bagi sebuah organisasi, Kebiasaan 7 menggalakkan visi, pembaharuan, perbaikan terus-menerus, kewaspadaan terhadap kelelahan atau kemerosotan moral, dan memposisikan organisasinya di jalan pertumbuhan yang baru. Bagi sebuah keluarga, Kebiasaan 7 meningkatkan keefektifan lewat kegiatan-kegiatan pribadi maupun keluarga secara berkala, seperti membentuk tradisi-tradisi yang merangsang semangat pembaharuan keluarga.
Rekening Bank Emosional
Rekening Bank Emosional mencerminkan tingkat kepercayaan dalam suatu hubungan. Seperti rekening keuangan di Bank, kita memasukkan simpanan ke atau melakukan penarikan dari rekening ini. Perbuatan-perbuatan seperti berusaha untuk memahami terlebih dulu, sikap murah hati, menepati janji, dan bersikap setia walaupun orang yang bersangkutan tidak hadir, meningkatkan saldo kepercayaan. Tidak murah hati, melanggar janji, dan bergosip tentang seseorang yang tidak hadir, mengurangi atau bahkan menghapuskan kepercayaan dalam suatu hubungan.
Paradigma
Paradigma adalah cara masing-masing orang memandang dunia, yang belum tentu cocok dengan kenyataan. Paradigma adalah petanya, bukan wilayahnya. Paradigam adalah lensa kita, lewat mana kita lihat segalanya, yang terbentuk oleh cara kita dibesarkan, pengalaman, serta pilihan-pilihan kita selama ini.
Referensi: Diambil dari ringkasan buku 7 Habits
Bersikap proaktif adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain. Mereka lakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan keempat karunia manusia yang unik – kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas – dan dengan menggunakan Pendekatan Dari Dalam Ke Luar untuk menciptakan perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, yang adalah keputusan paling mendasar yang bisa diambil setiap orang.
Kebiasaan 2 : Merujuk pada Tujuan Akhir
Segalanya diciptakan dua kali – pertama secara mental, kedua secara fisik. Individu, keluarga, tim, dan organisasi, membentuk masa depannya masing-masing dengan terlebih dulu menciptakan visi serta tujuan setiap proyek secara mental. Mereka bukan menjalani kehidupannya hari demi hari tanpa tujuan-tujuan yang jelas dalam benak mereka. Secara mental mereka identifikasikan prinsip-prinsip, nilai-nilai, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan yang paling penting bagi mereka sendiri dan membuat komitmen terhadap diri sendiri untuk melaksanakannya. Suatu pernyataan misi adalah bentuk tertinggi dari penciptaan secara mental, yang dapat disusun oleh seorang individu, keluarga, atau organisasi. Pernyataaan misi ini adalah keputusan utama, karena melandasi keputusan-keputusan lainnya. Menciptakan budaya kesamaan misi, visi, dan nilai-nilai, adalah inti dari kepemimpinan.
Kebiasaan 3 : Dahulukan yang Utama
Mendahulukan yang utama adalah penciptaan kedua secara fisik. Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan secara mental (tujuan Anda, visi Anda, nilai-nilai Anda, dan prioritas-prioritas Anda). Hal-hal sekunder tidak didahulukan. Hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Individu dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada apa yang paling penting, entah mendesak entah tidak. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama.
Kebiasaan 4 : Berpikir Menang/Menang
Berpikir menang/menang adalah cara berpikir yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. Berpikir menang/menang adalah didasarkan pada kelimpahan – “kue” yang selamanya cukup, peluang, kekayaan, dan sumber-sumber daya yang berlimpah – ketimbang pada kelangkaan serta persaingan. Berpikir menang/menang artinya tidak berpikir egois (menang/kalah) atau berpikir seperti martir (kalah/menang). Dalam kehidupan bekerja maupun keluarga, para anggotanya berpikir secara saling tergantung – dengan istilah “kita”, bukannya “aku”. Berpikir menang/menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing-masing
individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan. Berpikir
menang/menang artinya berbagi informasi, kekuasaan, pengakuan, dan imbalan.
Kebiasaan 5 : Berusaha untuk Memahami Terlebih dulu, Baru Dipahami
Kalau kita mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, ketimbang untuk menanggapinya, kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan; berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.
Kebiasaan 6 : Wujudkan Sinergi
Sinergi adalah soal menghasilkan alternatif ketiga – bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing. Memanfaatkan perbedaanperbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang. Tim-tim serta keluarga-keluarga yang sinergis memanfaatkan kekuatan masing-masing individu sehingga secara keseluruhannya lebih besar seperti ini mengenyampingkan sikap saling merugikan (1 + 1 = 1/2). Mereka tidak puas dengan kompromi (1 + 1 = 1 ½), atau sekedar kerjasama (1 + 1 = 2). Melainkan, mereka kejar kerjasama yang kreatif (1 + 1 = 3 atau lebih).
Kebiasaan 7 : Mengasah Gergaji
Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri terus-menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah. Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita utnuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya. Bagi sebuah organisasi, Kebiasaan 7 menggalakkan visi, pembaharuan, perbaikan terus-menerus, kewaspadaan terhadap kelelahan atau kemerosotan moral, dan memposisikan organisasinya di jalan pertumbuhan yang baru. Bagi sebuah keluarga, Kebiasaan 7 meningkatkan keefektifan lewat kegiatan-kegiatan pribadi maupun keluarga secara berkala, seperti membentuk tradisi-tradisi yang merangsang semangat pembaharuan keluarga.
Rekening Bank Emosional
Rekening Bank Emosional mencerminkan tingkat kepercayaan dalam suatu hubungan. Seperti rekening keuangan di Bank, kita memasukkan simpanan ke atau melakukan penarikan dari rekening ini. Perbuatan-perbuatan seperti berusaha untuk memahami terlebih dulu, sikap murah hati, menepati janji, dan bersikap setia walaupun orang yang bersangkutan tidak hadir, meningkatkan saldo kepercayaan. Tidak murah hati, melanggar janji, dan bergosip tentang seseorang yang tidak hadir, mengurangi atau bahkan menghapuskan kepercayaan dalam suatu hubungan.
Paradigma
Paradigma adalah cara masing-masing orang memandang dunia, yang belum tentu cocok dengan kenyataan. Paradigma adalah petanya, bukan wilayahnya. Paradigam adalah lensa kita, lewat mana kita lihat segalanya, yang terbentuk oleh cara kita dibesarkan, pengalaman, serta pilihan-pilihan kita selama ini.
Referensi: Diambil dari ringkasan buku 7 Habits