MEMAHAMI bukanlah Mengetahui. Memahami sampai pada dimensi apakah itu Baik atau Buruk. Sementara Mengetahui hanya sampai pada Soal Benar dan Salah. Memahami (dengan aqal di hati) itu berarti sudah menjalankannya sehingga mendapatkan pengalaman merasakan Baik dan Buruknya. Mengetahui (dengan pikiran di otak) hanya sampai pada pengetahuan tentang benar dan salah. Mengetahui hanya sekedar pengetahuan.
Aqal di Hati punya KEBIJAKAN tentang soal Baik dan Buruk. Pikiran di Otak punya PENGETAHUAN tentang soal Benar dan Salah.
Dan sesungguhnya Kami jadikan (isi neraka Jahannam) untuk kebanyakan dari jin dan manusia, (karena) mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk MEMAHAMI (ayat-ayat Allah) dan ... (Al a'raf 179)
Nabi Adam AS pun tergoda ketika dia tidak mencoba MEMAHAMI DENGAN HATI perkataan Iblis laknatullah, dia hanya MEMIKIRKAN DENGAN OTAK saja sebagaimana ayat dibawah ini:
Kemudian syaitan membisikkan PIKIRAN jahat kepadanya (KE DALAM OTAK), dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?" (At Thaha 120)
Akhirnya diturunkanlah Adam AS ke bumi krn hanya memperturutkan PIKIRAN di dalam otaknya saja tetapi tidak MEMAHAMI DENGAN AQAL di dalam hatinya.
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai (205). Maka manusia tidak akan lalai atau akan berAqal cerdas ketika Hatinya selalu menyebut namaNya
Otak dengan Pikirannya hanya sampai pada pengetahuan soal benar dan salah. Sementara Hati dg Aqalnya sdh sampai pada pemahaman baik dan buruk.
Otak itu bagaikan harddisk, jika dipaksa digunakan untuk berpikir akan cepat panas. Biarlah otak menjadi media penyimpan berkecepatan tinggi, misalnya untuk menghafal termasuk menghafal Al Quran. Hati itu laksana processor yang mampu mengolah data, menjemput data (hafalan) untuk dipahami. Sehebat apapun processor, processor membutuhkan data dari harddisk. Sehebat apapun harddisk, harddisk membutuhkan processor untuk menjadikan data yang disimpannya menjadi berharga. Keduanya, Pikiran dan Aqal seperti dua keping permukaan koin yang bersinergi memberikan nilai.
Berpikir adalah proses pengambilan data sekaligus melakukan kombinasi dan kompilasi data yang ada di Otak untuk kemudian diolah agar dipahami di Hati dengan menggunakan Aqal. Bukan hanya memahami, Aqal mampu membuat konklusi yang komprehensif.
Itulah kenapa berkumpul dengan orang soleh berhati bersih lebih menyejukkan dari pada berkumpul dengan orang pintar berotak cerdas, walaupun kepintaran dan kecerdasannya di bidang ilmu agama sekalipun.
Dan sesungguhnya Kami jadikan (isi neraka Jahannam) untuk kebanyakan dari jin dan manusia, (karena) mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk MEMAHAMI (ayat-ayat Allah) dan ... (Al a'raf 179)
Nabi Adam AS pun tergoda ketika dia tidak mencoba MEMAHAMI DENGAN HATI perkataan Iblis laknatullah, dia hanya MEMIKIRKAN DENGAN OTAK saja sebagaimana ayat dibawah ini:
Kemudian syaitan membisikkan PIKIRAN jahat kepadanya (KE DALAM OTAK), dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?" (At Thaha 120)
Akhirnya diturunkanlah Adam AS ke bumi krn hanya memperturutkan PIKIRAN di dalam otaknya saja tetapi tidak MEMAHAMI DENGAN AQAL di dalam hatinya.
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai (205). Maka manusia tidak akan lalai atau akan berAqal cerdas ketika Hatinya selalu menyebut namaNya
Otak dengan Pikirannya hanya sampai pada pengetahuan soal benar dan salah. Sementara Hati dg Aqalnya sdh sampai pada pemahaman baik dan buruk.
Otak itu bagaikan harddisk, jika dipaksa digunakan untuk berpikir akan cepat panas. Biarlah otak menjadi media penyimpan berkecepatan tinggi, misalnya untuk menghafal termasuk menghafal Al Quran. Hati itu laksana processor yang mampu mengolah data, menjemput data (hafalan) untuk dipahami. Sehebat apapun processor, processor membutuhkan data dari harddisk. Sehebat apapun harddisk, harddisk membutuhkan processor untuk menjadikan data yang disimpannya menjadi berharga. Keduanya, Pikiran dan Aqal seperti dua keping permukaan koin yang bersinergi memberikan nilai.
Berpikir adalah proses pengambilan data sekaligus melakukan kombinasi dan kompilasi data yang ada di Otak untuk kemudian diolah agar dipahami di Hati dengan menggunakan Aqal. Bukan hanya memahami, Aqal mampu membuat konklusi yang komprehensif.
Itulah kenapa berkumpul dengan orang soleh berhati bersih lebih menyejukkan dari pada berkumpul dengan orang pintar berotak cerdas, walaupun kepintaran dan kecerdasannya di bidang ilmu agama sekalipun.